Senin, 10 Februari 2014

AKU INGIN SEKOLAH

AKU INGIN SEKOLAH Kita tidak dapat memilih siapa yang akan menjadi orang tua kita dan dilahirkan sebagai anak di keluarga yang mana, tetapi kita dapat menentukan masa depan, mewujudkan impian masa kecil, menggapai cita-cita kita dengan pendidikan, ilmu pengetahuan  dan kemauan, usaha serta motivasi yang sangat kuat dalam diri kita, berpikir positif, belajar dan bekerja keras serta tidak segan bertanya kepada orang yang  mempunyai pengalaman dan pengetahuan lebih dibandingkan dengan kita.
Saya lahir di sebuah keluarga yang sederhana, di mana pada saat saya lahir, kehidupan ekonomi keluarga saya sangat sulit, papa saya baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai guru, karena sekolah tempat beliau mengajar telah ditutup karena lokasinya akan dibuat pusat pertokoan, akhirnya papa membantu menjaga toko milik nenek, di mana papa mempunyai beberapa adik yang dibiayai oleh nenek dan untuk menambah penghasilannya, papa menjual barang-barang yang tidak dijual oleh nenek, tetapi itu pun tidak banyak membantu.
Semasa kecil, saya harus menahan keinginan saya untuk mempunyai tas dan peralatan sekolah yang bagus seperti yang dimiliki oleh teman-teman sekolah saya dan hanya dapat mengenakan baju baru ketika hari raya ataupun ketika ukuran baju tidak muat lagi dan sepasang sepatu warna hitam yang setia menemani saya pergi ke sekolah, yang hanya diganti pada setiap tahun ajaran baru, tetapi hal itu tidak membuat saya menjadi rendah diri, tetapi malah memotivasi untuk belajar dengan giat karena prestasi di sekolah cukup memuaskan, didukung dengan kemauan belajar saya yang cukup tinggi, dan sejak kecil saya senang membaca buku cerita atau majalah, walaupun semua itu diperoleh dari meminjam kepada kakak sepupu saya atau saya harus mengumpulkan uang jajan saya selama satu minggu, untuk membeli sebuah majalah anak-anak Bobo dan secara rutin meminjam buku di perpustakaan sekolah seperti dongeng H.C. Andersen, legenda dan cerita rakyat ataupun seri tokoh-tokoh dunia.
Pada suatu malam, ketika saya duduk di bangku kelas VI  sekolah dasar, secara tidak sengaja saya mendengar pembicaraan kedua orang tua saya, bahwa kemungkinan saya tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan kondisi ekonomi yang sulit ditambah pula adik saya pada saat itu akan mulai masuk sekolah dasar, perbedaan usia saya dengan adik saya cukup jauh yaitu enam tahun, sehingga saya cukup lama pula merasakan sebagai anak tunggal.
Saya cukup terkejut mendengar pembicaraan tersebut, sementara  saya mempunyai keinginan untuk bersekolah  tinggi, tidak terbayang rasanya kalau saya hanya bersekolah sampai SD saja, dan bagaimana mungkin saya dapat mewujudkan cita-cita dan impian saya untuk membantu kondisi ekonomi keluarga saya.
Akhirnya pada keesokan harinya, saya memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada papaku dan papa sangat terkejut. Papa…. betulkah aku tidak dapat melanjutkan sekolah lagi ? Ri, kamu tahu dari mana? memang kondisi ekonomi keluarga kita sedang dalam kondisi sulit, apalagi biaya hidup yang makin tinggi Papa…. aku ingin bersekolah… aku akan tunjukkan kepada papa, bahwa aku tidak akan mengecewakan papa. Ri, papa juga ingin kamu dan adik kamu dapat bersekolah tinggi, karena hanya dengan pendidikan dan usaha serta kemauan keras, kita dapat merubah nasib kita, kamu tidak perlu kuatir, walaupun kondisi ekonomi keluarga kita sedang sulit, tugas kamu adala Beberapa minggu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan papa, terlihat paman saya, kakak dari pihak papa sering berkunjung ke rumah saya, entah membicarakan apa dengan papa saya, tetapi terlihat cukup serius. Beberapa bulan kemudian, akhirnya papa memutuskan untuk tidak lagi membantu mengurus toko nenek lagi, dan mulai berdagang dengan menyewa sewa sebuah kios kecil di sebuah pusat perbelanjaan dengan meminjam modal dari paman, akhirnya berkat ketekunan dan usaha keras papa dan mama, dua tahun kemudian akhirnya kios kecil tersebut dapat dibeli sehingga tidak perlu menyewa lagi, kondisi perekonomian keluarga kami berangsur-angsur pulih dan bahkan papa melanjutkan ekspansi dengan membeli kios yang di sebelahnya yang dikelola oleh mama, hampir setiap hari setelah pulang sekolah, saya membantu menjaga toko kepunyaaan orang tuaku. Tahun demi tahun berlalu, akhirnya saya telah lulus SMU dengan nilai hasil ujian yang cukup memuaskan, saya patut bersyukur, walaupun saya dilahirkan oleh keluarga yang sederhana, tetapi saya cukup beruntung diberikan talenta berupa kecerdasan di atas rata-rata, sehingga waktu yang diperlukan untuk belajar tidak terlalu lama dan saya pun dapat membantu usaha orang tua saya sepulang sekolah. Sebenarnya saya ingin melanjutkan pendidikan ke universitas negeri, tetapi saya gagal pada saat ujian sipenmaru (seleksi penerimaan mahasiswa baru), walaupun rasanya hampir semua soal test dapat dikerjakan dengan baik, mungkin dikarenakan  persaingan yang sangat ketat, atau ternyata memang  jawaban hasil test saya kurang memuaskan serta  universitas dan fakultas yang saya pilih cukup favorit Selain mengikuti test ujian saringan masuk universitas negeri, saya mengikuti pula test masuk di dua universitas swasta di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, di mana di kedua universitas swasta ini saya diterima sebagai calon mahasiswa baru, yang akhirnya saya memilih untuk kuliah di universitas di Jakarta Barat karena diterima lebih dahulu. Pada saat melihat hasil pengumuman test masuk di salah satu universitas di Jakarta Barat, saya sangat berdebar-debar, akhirnya di tengah kerumuman calon mahasiswa/i yang melihat papan pengumuman itu, saya melihat nomor ujian saya terdaftar pada papan pengumuman tersebut, perasaan saya bercampur aduk antara senang dan terharu, saya sampai berkali-kali mencocokkan nomor yang ada pada kartu tersebut dengan nomor yang ada pada papan pengumuman, dan saya hampir melupakan dua orang sahabat SMU saya yang pergi bersama saya, yang juga mengikuti test masuk masuk di universitas yang sama, ternyata kedua temanku tidak diterima, rasanya sedih juga sahabat baik saya tidak dapat diterima di universitas yang sama. Sepulang dari melihat pengumuman test masuk tersebut, saya bergegas  ke toko orang tua saya, untuk memberitahu kabar gembira ini kepada mereka, tiba-tiba ada seorang tetangga toko papa saya yang mendengar berita ini, tetangga toko itu bilang kepada papaku. Kuliah jaman sekarang kok mahal banget, mendingan uangnya dipakai buat modal usaha, apalagi sekarang usaha dagang bapak lagi maju, dan anak perempuan sih enggak perlu sekolah tinggi-tinggi. Anakku masih mau melanjutkan kuliah, biarlah bapaknya yang berdagang seperti ini, siapa bilang anak perempuan enggak perlu sekolah tinggi?. Ah… sekolah tinggi juga percuma, enggak lihat berapa banyak pengangguran di luar  sana, kalau berdagang tuh cepat kembali modalnya. Sekolah tinggi juga enggak jamin cepat dapat pekerjaan. Ya… urusan nantilah, anakku mau berkerja ataupun membantu usaha toko ini, terserah dia sajalah, yang penting sebagai orang tua, kita telah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Untuk memasuki dunia pendidikan, memang membutuhkan dana yang tidak sedikit, apalagi setelah lulus kuliah pun, belum tentu kita bisa dapat langsung di terima bekerja di perusahaan, belum lagi pesaingan di dunia kerja yang cukup berat, saya sangat bersyukur, walaupun saya terlahir di keluarga sederhana, kedua orang tua saya mempunyai pola pikir ke depan yang sangat luas, dan memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih fakultas dan jurusan yang saya inginkan dan saya pun mendapat pekerjaan dengan mudah, tiga bulan sebelum lulus kuliah sudah diterima bekerja di sebuah kantor konsultan,  walaupun pada saat itu saingannya cukup berat dan banyak di antara teman kuliahku yang tidak diterima di kantor konsultan ini dan kondisi ekonomi keluarga kami yang makin baik. Pendidikan dan ilmu pengetahuan itu sangat berguna dan penting untuk masa depan seseorang dan warisan berupa pendidikan tidak akan pernah lekang dimakan waktu dan dengan pendidikanlah kita dapat mewujudkan impian dan cita-cita kita. Sumber: kolomkita.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar