AKU INGIN SEKOLAH
Kita tidak dapat memilih siapa yang akan menjadi orang tua
kita dan dilahirkan sebagai anak di keluarga yang mana, tetapi kita
dapat menentukan masa depan, mewujudkan impian masa kecil, menggapai
cita-cita kita dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan kemauan, usaha
serta motivasi yang sangat kuat dalam diri kita, berpikir positif,
belajar dan bekerja keras serta tidak segan bertanya kepada orang yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan lebih dibandingkan dengan kita.
Saya lahir di sebuah keluarga yang sederhana, di mana pada saat saya
lahir, kehidupan ekonomi keluarga saya sangat sulit, papa saya baru saja
kehilangan pekerjaannya sebagai guru, karena sekolah tempat beliau
mengajar telah ditutup karena lokasinya akan dibuat pusat pertokoan,
akhirnya papa membantu menjaga toko milik nenek, di mana papa mempunyai
beberapa adik yang dibiayai oleh nenek dan untuk menambah
penghasilannya, papa menjual barang-barang yang tidak dijual oleh nenek,
tetapi itu pun tidak banyak membantu.
Semasa kecil, saya harus menahan keinginan saya untuk mempunyai tas
dan peralatan sekolah yang bagus seperti yang dimiliki oleh teman-teman
sekolah saya dan hanya dapat mengenakan baju baru ketika hari raya
ataupun ketika ukuran baju tidak muat lagi dan sepasang sepatu warna
hitam yang setia menemani saya pergi ke sekolah, yang hanya diganti pada
setiap tahun ajaran baru, tetapi hal itu tidak membuat saya menjadi
rendah diri, tetapi malah memotivasi untuk belajar dengan giat karena
prestasi di sekolah cukup memuaskan, didukung dengan kemauan belajar
saya yang cukup tinggi, dan sejak kecil saya senang membaca buku cerita
atau majalah, walaupun semua itu diperoleh dari meminjam kepada kakak
sepupu saya atau saya harus mengumpulkan uang jajan saya selama satu
minggu, untuk membeli sebuah majalah anak-anak Bobo dan secara rutin
meminjam buku di perpustakaan sekolah seperti dongeng H.C. Andersen,
legenda dan cerita rakyat ataupun seri tokoh-tokoh dunia.
Pada suatu malam, ketika saya duduk di bangku kelas VI sekolah
dasar, secara tidak sengaja saya mendengar pembicaraan kedua orang tua
saya, bahwa kemungkinan saya tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan kondisi ekonomi yang sulit
ditambah pula adik saya pada saat itu akan mulai masuk sekolah dasar,
perbedaan usia saya dengan adik saya cukup jauh yaitu enam tahun,
sehingga saya cukup lama pula merasakan sebagai anak tunggal.
Saya cukup terkejut mendengar pembicaraan tersebut, sementara saya
mempunyai keinginan untuk bersekolah tinggi, tidak terbayang rasanya
kalau saya hanya bersekolah sampai SD saja, dan bagaimana mungkin saya
dapat mewujudkan cita-cita dan impian saya untuk membantu kondisi
ekonomi keluarga saya.
Akhirnya pada keesokan harinya, saya memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada papaku dan papa sangat terkejut.
Papa…. betulkah aku tidak dapat melanjutkan sekolah lagi ?
Ri, kamu tahu dari mana? memang kondisi ekonomi keluarga kita
sedang dalam kondisi sulit, apalagi biaya hidup yang makin tinggi
Papa…. aku ingin bersekolah… aku akan tunjukkan kepada papa, bahwa aku tidak akan mengecewakan papa.
Ri, papa juga ingin kamu dan adik kamu dapat bersekolah tinggi,
karena hanya dengan pendidikan dan usaha serta kemauan keras, kita dapat
merubah nasib kita, kamu tidak perlu kuatir, walaupun kondisi ekonomi
keluarga kita sedang sulit, tugas kamu adala
Beberapa minggu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan papa,
terlihat paman saya, kakak dari pihak papa sering berkunjung ke rumah
saya, entah membicarakan apa dengan papa saya, tetapi terlihat cukup
serius. Beberapa bulan kemudian, akhirnya papa memutuskan untuk tidak
lagi membantu mengurus toko nenek lagi, dan mulai berdagang dengan
menyewa sewa sebuah kios kecil di sebuah pusat perbelanjaan dengan
meminjam modal dari paman, akhirnya berkat ketekunan dan usaha keras
papa dan mama, dua tahun kemudian akhirnya kios kecil tersebut dapat
dibeli sehingga tidak perlu menyewa lagi, kondisi perekonomian keluarga
kami berangsur-angsur pulih dan bahkan papa melanjutkan ekspansi dengan
membeli kios yang di sebelahnya yang dikelola oleh mama, hampir setiap
hari setelah pulang sekolah, saya membantu menjaga toko kepunyaaan orang
tuaku.
Tahun demi tahun berlalu, akhirnya saya telah lulus SMU dengan nilai
hasil ujian yang cukup memuaskan, saya patut bersyukur, walaupun saya
dilahirkan oleh keluarga yang sederhana, tetapi saya cukup beruntung
diberikan talenta berupa kecerdasan di atas rata-rata, sehingga waktu
yang diperlukan untuk belajar tidak terlalu lama dan saya pun dapat
membantu usaha orang tua saya sepulang sekolah.
Sebenarnya saya ingin melanjutkan pendidikan ke universitas negeri,
tetapi saya gagal pada saat ujian sipenmaru (seleksi penerimaan
mahasiswa baru), walaupun rasanya hampir semua soal test dapat
dikerjakan dengan baik, mungkin dikarenakan persaingan yang sangat
ketat, atau ternyata memang jawaban hasil test saya kurang memuaskan
serta universitas dan fakultas yang saya pilih cukup favorit
Selain mengikuti test ujian saringan masuk universitas negeri, saya
mengikuti pula test masuk di dua universitas swasta di Jakarta Barat dan
Jakarta Selatan, di mana di kedua universitas swasta ini saya diterima
sebagai calon mahasiswa baru, yang akhirnya saya memilih untuk kuliah di
universitas di Jakarta Barat karena diterima lebih dahulu.
Pada saat melihat hasil pengumuman test masuk di salah satu
universitas di Jakarta Barat, saya sangat berdebar-debar, akhirnya di
tengah kerumuman calon mahasiswa/i yang melihat papan pengumuman itu,
saya melihat nomor ujian saya terdaftar pada papan pengumuman tersebut,
perasaan saya bercampur aduk antara senang dan terharu, saya sampai
berkali-kali mencocokkan nomor yang ada pada kartu tersebut dengan nomor
yang ada pada papan pengumuman, dan saya hampir melupakan dua orang
sahabat SMU saya yang pergi bersama saya, yang juga mengikuti test masuk
masuk di universitas yang sama, ternyata kedua temanku tidak diterima,
rasanya sedih juga sahabat baik saya tidak dapat diterima di universitas
yang sama.
Sepulang dari melihat pengumuman test masuk tersebut, saya bergegas
ke toko orang tua saya, untuk memberitahu kabar gembira ini kepada
mereka, tiba-tiba ada seorang tetangga toko papa saya yang mendengar
berita ini, tetangga toko itu bilang kepada papaku.
Kuliah jaman sekarang kok mahal banget, mendingan uangnya
dipakai buat modal usaha, apalagi sekarang usaha dagang bapak lagi maju,
dan anak perempuan sih enggak perlu sekolah tinggi-tinggi.
Anakku masih mau melanjutkan kuliah, biarlah bapaknya yang
berdagang seperti ini, siapa bilang anak perempuan enggak perlu sekolah
tinggi?.
Ah… sekolah tinggi juga percuma, enggak lihat berapa banyak
pengangguran di luar sana, kalau berdagang tuh cepat kembali modalnya.
Sekolah tinggi juga enggak jamin cepat dapat pekerjaan.
Ya… urusan nantilah, anakku mau berkerja ataupun membantu usaha
toko ini, terserah dia sajalah, yang penting sebagai orang tua, kita
telah memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Untuk memasuki dunia pendidikan, memang membutuhkan dana yang tidak
sedikit, apalagi setelah lulus kuliah pun, belum tentu kita bisa dapat
langsung di terima bekerja di perusahaan, belum lagi pesaingan di dunia
kerja yang cukup berat, saya sangat bersyukur, walaupun saya terlahir di
keluarga sederhana, kedua orang tua saya mempunyai pola pikir ke depan
yang sangat luas, dan memberikan kebebasan kepada saya untuk memilih
fakultas dan jurusan yang saya inginkan dan saya pun mendapat pekerjaan
dengan mudah, tiga bulan sebelum lulus kuliah sudah diterima bekerja di
sebuah kantor konsultan, walaupun pada saat itu saingannya cukup berat
dan banyak di antara teman kuliahku yang tidak diterima di kantor
konsultan ini dan kondisi ekonomi keluarga kami yang makin baik.
Pendidikan dan ilmu pengetahuan itu sangat berguna dan penting
untuk masa depan seseorang dan warisan berupa pendidikan tidak akan
pernah lekang dimakan waktu dan dengan pendidikanlah kita dapat
mewujudkan impian dan cita-cita kita.
Sumber: kolomkita.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar